Maling teriak maling sembunyi balik dinding,
Pengecut, lari terkencing-kencing…
(Iwan Fals, Maling Teriak Maling)
Celoteh Fals yang memboming di sekitar era ‘80-90 an itu begitu menggelitik hati. Betapa tidak, analogi bait di atas berseloroh jika seorang pencuri atau yang lebih trend disebut dengan maling, mampu memutar balikkan fakta dengan meneriaki yang lainnya sebagai maling.
Isu sentral di berbagai media
Mengikuti informasi teroris di berbagai media, menohok asa setiap jiwa dengan satu pertanyaan yang mungkin sama, benarkah teroris yang terjadi di Indonesia ini murni ‘teroris asli’? Ataukah semua konspirasi internasional pimpinan Amerika ini kepingin mengubah bait Fals di atas, dengan lirik barunya yaitu ‘Teroris Teriak Teroris’? Dua pertanyaan ini begitu sederhana, namun membutuhkan jawaban yang tidak mudah. Mengapa teroris yang memusuhi
Media
Rancu? Jelas. Mengendus akar teroris ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, melihat aksi-aksi, profil dan style yang dilakukan hingga pemberitaan-pemberitaan yang ramai mengisi media
Sedikit menengok ke belakang dengan melihat peristiwa penangkapan Dr Azahari beberapa waktu lalu --Yang banyak meninggalkan kejanggalan-kejanggalan di lapangan. Membuat salah seorang kawan berseloroh, “Sebenarnya, banyak wartawan yang mengetahui kejanggalan-kejanggalan tersebut. Namun, mereka tidak menulisnya dan membuat berita yang lain,” kata seorang kawan yang juga berprofesi sebagai jurnalis di
Belum lagi terdapat beberapa judul headline yang begitu kontroversial yang dimuat dalam sebuah harian terkemuka di Jawa Timur. Antara lain, “Ngruki Tak Kenali Pengebom” (JP edisi 03 Oktober 2005) atau judul lain di harian yang sama (edisi 21 November 2005) yang memuat judul dengan tulisan “Depag Fasilitasi Ulama Antiteroris”. Jika kita memperhatikan makna judul tersebut, sepintas judul itu seolah memposisikan Ngruki sebagai biang keladi terjadinya berbagai teror di
Padahal, meminjam istilah Jalaluddin Rahmat, terdapat lima peranan jurnalis Islam yaitu sebagai pendidik (Muaddib), pelurus informasi (Musaddid), pembaharu (Mujaddid), pemersatu (Muwahid), dan pejuang (Mujahid). Namun, peranan sebagai Musaddid belum begitu nampak terlihat di beberapa media-media besar di
Sarat Muatan Politis
Aksi-aksi teroris yang terjadi di
Merekam artikel yang pernah saya baca di Republika, The Real J.I sebenarnya memang nyata. Namun, bukan Jama’ah Islamiyah seperti yang digembar-gemborkan. Melainkan Jewish Intelligence (Intel Yahudi). Karena itu, konspirasi besar internasional pimpinan Amerika untuk memerangi terorisme ini perlu diwaspadai. Karena tidak tertutup kemungkinan langkah ini akan menjadi pintu masuk bagi ‘gedung putih’ ‘mendoktrin’ para pemuda dan mengacaukan poleksosbud hankam Ibu Pertiwi. Apalagi, tidak sedikit yang berpendapat bahwa ancaman paling nyata terhadap Amerika saat ini adalah kelompok-kelompok Muslim. Padahal, siapakah yang sebenarnya lebih pantas untuk ‘mengalungkan gelar’ sebagai teroris. Umat Islam atau Zionis Amerika dan
Masih terekam dengan jelas, jeritan-jeritan rakyat Afghanistan, Palestina, Bosnia, Khasmir dan belakangan Irak yang dibantai secara keji oleh Amerika dan sekutunya. Ironisnya, negara yang ---katanya--- ‘menuhankan’ Hak Asasi Manusia (HAM) justru membuat ‘catatan hitam’ dengan menodai apa yang dimaksud HAM tersebut.
Pada saat yang sama, Amerika dan sekutunya dengan begitu pongkahnya menuding sebagian umat Islam sebagai teroris dunia. Astagfirullohal adzim !!! Lebih ironis lagi, hingga saat ini hanya segelintir media massa yang berani menyuarakan, jika The True teroris adalah Amerika sendiri dengan berbagai ‘koleksi kebringasan’ yang telah ditorehkannya dalam sejarah percaturan dunia. Bukankah kekuatan pers sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial dan politik suatu negara?
Strategi Back To Nature
Perlu diingat, dalam menghadapi kejahatan dan segala perubahan keadaan dibutuhkan strategi yang canggih. Rosulullah SAW pernah memberikan satu contoh strategi dengan membangun kekompakkan. Saat itu, Rosulullah SAW berhasil membangun kekompakkan untuk melawan musuh dari luar dalam rangka menyelamatkan Madinah. Yang disentuh baginda Rosul saat itu adalah jiwa kebangsaan, jiwa cinta tanah air dan jiwa patriotisme, bukan sentimen ajaran agama. Kebersamaan dan kekompakkan menjadi suatu yang crusial dan faktor penentu bagi kemenangan Muslimin dalam
Naudzu Billahi Min Dzalik…
Duhai Pemuda tonggak pembangunan bangsa, Sadarlah, Bangunlah. Bangkitlah dari tidur yang lena, dari fatamorgana dunia. Di